Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Sekolah Tapal Batas (Indonesia-Malaysia)

Lisa

Pegiat Literasi di Tarakan, Kaltara

Sekolah Tapal Batas (Indonesia-Malaysia) - Desapedia

Sekolah Tapal Batas yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia, Pulau Sebatik, Kab.Nunukan, Kalimantan Utara. Sekolah ini memiliki posisi yang sangat jauh dari pusat keramaian. Dikelilingi oleh penggunungan, medan untuk menuju kesekolah tersebut juga tidak mudah.

Hj.Suraidah S.SKM yang biasa di sebut Umi memiliki keteguhan hati dan tekad merintis yayasan ini, semua disebabkan oleh keresahan hatinya untuk memajukan kesejahteraan anakanak bangsa khususnya di bidang pendidikan. Bagi beliau pendidikan sangat penting khususnya di daerah perbatasan yang harus sangat diperhatikan, karena berbagai macam permasalahan mulai dari permasalahan Nasionalisme, ketergantungan terhadap negara Malaysia, maraknya penyeludupan Narkoba, krisis dalam berbahasa Indonesia, serta minimnya fasilitas pendidikan khususnya anak-anak.

Ditambah lagi di daerah ini masih terus menggunakan dua mata uang, hal ini merupakan sesuatu yang unik. Namun tidak baik jika dibiarkan terus membudaya. Sekolah ini berdiri pada tahun 2014, saat ini jumlah siswa yang beliau didik sekitar 43 Siswa dari kelas 1 hingga kelas 6. Guru yang menetap disana hanya Umi seorang diri, namun relawan-relawan literasi, Mahasiswa KKN juga terkadang ikut mengambil peran untuk membantu proses belajar siswa.

Adanya penyebaran virus COVID-19, menjadi penghambat yang membuat Umi kebingungan untuk mengelolah yayasan ini. Ditambah lagi seluruh aktivitas dianjurkan untuk dirumahkan sementara waktu. Tentunya adanya aturan ini, Yayasan harus tetap patuh. Tidak semua siswa dapat mengakses jaringan dengan baik, ada juga siswa yang tidak mengerti menggunakan handphone ataupun komputer, mengingat orang tua murid mayoritas buruh kelapa sawit milik Malaysia tentunya sangat jarang siswa yang memiliki orang tua yang berpendidikan. Hal ini menjadi suatu kendala yang besar dalam proses belajar.

“Proses belajar dari rumah sangat jarang siswa bisa mengikuti pembelajaran, bahkan ada juga siswa yang tidak pernah mengikuti proses belajar dari guru sekolah” Ujar Nur Ha (Mahasiswa KKN dari Universitas Muhammadiyah Malang). “Bukan karena tidak ingin atau
malas belajar tetapi tidak tahu cara mengikuti proses belajar secara virtual.” lanjutnya.

Dampak terbesar dari proses ini ialah banyak siswa yang belum bisa membaca walau seharusnya di usianya mestinya sudah bisa membaca. Setelah adanya keputusan dari pemerintah untuk sekolah tatap muka, tentunya kabar gembira bagi Umi, karena dapat meminimalisir dampak-dampak yang terjadi pada siswanya apabila tidak tatap muka. Secara bergantian dan terjadwal Umi membuka sekolah tatap muka. Dan beberapa siswa di asramakan, khususnya bagi siswa yang belum bisa membaca dan yang memiliki kendala-kendala yang mengharuskan siswa tinggal di asrama.

Umi sangat ingin melihat siswa-siswanya dapat menghapal Al-Qur’an Jus 30. “apakah sudah ada siswa Umi yang menghapal hingga Jus 30?.” Tanyaku kepada Umi. Beliau menjawab “Alhamdulillah sudah ada dari alumni sekolah ini.”.

Harapan Umi yang kini berusia 67 Tahun dengan antusiasnya membangun pilar pelopor melalui bidang pendidikan, beliau berharap agar para relawan literasi khususnya pemuda-pemudi untuk dapat mengambil peran dalam mendidik anak-anak perbatasan. Keteguhan hati Umi hanya semata-mata untuk dapat mengabdi kepada Allah SWT. (*)

Scroll To Top