Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Bahayanya Relawan Pengurus BUMDes

Thomas Sutana, M.Pd

PLD Kecamatan Delanggu, Klaten

Relawan kok berbahaya? Mungkin itulah kesan yang muncul dalam pikiran kita. Judul di atas hanya untuk melihat sisi-sisi lain dari relawan. Lalu, kita bisa bertanya pada diri sendiri sebagai evaluasi: mungkin faktor relawan adalah salah satu penyebab mengapa BUMDes tidak maju berkembang.

Relawan dan BUMDes adalah dua entitas yang saling bertentangan seperti kutub Utara dan kutub selatan. Di satu sisi, kegiatan inti Bumdes adalah mencari keuntungan/laba usaha. Dan di sisi lainnya relawan bekerja atas kerelaan yg ditandai dengan tidak adanya apresiasi/upah atas kinerjanya.

Melihat dua hal yg sangat bertentangan ini saja jelas menghasilkan ironi. Orang bekerja keras menghasilkan profit bukan untuk dirinya sendiri. Relawan itu sendiri cocok diterapkan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial (tidak ada profit) dan sifatnya sementara. Contoh: relawan bencana,

Lalu, apa yang bisa diharapkan dari pengurus BUMDes yang bersifat relawan? Jawaban pertanyaan inilah yang saya maksudkan sebagai bahaya. Saya tulis bahayanya pengurus BUMDes sebagai relawan atas dasar pengamatan, yaitu:

Pertama, tidak maksimal dalam bekerja. Dengan menyandang status relawan, pengurus BUMDes susah sekali diminta untuk bekerja sungguh-sungguh memajukan BUMDes. Hal ini bisa dimaklumi jika pengurus BUMDes tidak bekerja optimal.

Kedua, menuntut pertanggungjawaban. Ketika terjadi ketidakberesan dalam pengelolaan, warga desa tidak tega mau menuntut pertanggungjawaban. Ada pemakluman yg sebetulnya tidak tepat dari warga desa. Sikap memaklumi ini muncul dari sifat relawan tadi. Sudah mau jadi pengurus BUMDes termasuk bagus… masak dituntut berlebihan?

Ketiga, penyalahgunaan keuangan. Pada awal bekerja, pengurus BUMDes dilandasi niat tulus dan ikhlas. Namun, dalam perjalanan waktu jika BUMDes bisa berhasil maju dan menghasilkan pendapatan, godaan-godaan untuk mengambil bukan haknya akan muncul, apalagi saat butuh uang. Sudah ada beberapa kasus penyalahgunaan penggunaan keuangan oleh pengurus BUMDes. Bisa dilihat kasus semacam ini di google.

Keempat, pengurus BUMDes itu-itu saja. Karena bersifat relawan, orang yang mau jadi pengurus BUMDes orangnya itu-itu terus seperti tidak ada orang lain. Dipastikan pengurus BUMDes juga merangkap kepengurusan lain di desa.

Dalam kinerja, BUMDes seharusnya dilakukan secara profesional untuk mencari laba usaha tapi penghargaan untuk pengurus BUMDes bersifat amatir. Apa yg akan bisa diharapkan dari situasi seperti di atas? Jika kondisi pengurus BUMDes yg masih bersifat relawan tetap berlanjut, majunya BUMDes hanyalah menjadi sebuah impian yg sulit terwujud.

Delanggu, 4 Mei 2022

Scroll To Top