Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Dana Desa di Tegal Maja Diharapkan Sebagian Disisihkan untuk Pembangunan dan Pengembangan  SDM

Apdianto

Anak Muda Desa yang saat ini sedang menempuh studi Pascasarjana di Universitas Teknikal Malaysia Melaka

Dana Desa di Tegal Maja Diharapkan Sebagian Disisihkan untuk Pembangunan dan Pengembangan  SDM - Desapedia

Indonesia hari ini memasuki tahap baru revolusi industri yang disebut revolusi industri 4.0. Berbagai aspek kehidupan mulai berubah akibat dampak dari revolusi industri 4.0 termasuk perubahan pola pikir dan gaya hidup manusia. Revolusi industri 4.0 berkembang semakin pesat, hal ini ditandai dengan munculnya berbagai teknology digital yang semakin memberikan dampak masif dalam kehidupan.

Era industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak sekali perubahan yang tidak bisa dibendung. Karena itu, negara (pemerintah) harus berupaya maksimal dan lebih gencar dalam memberikan pemahaman kepada semua elemen masyarakat tentang hakikat era industri 4.0 dengan segala konsekuensi logisnya.

Oleh sebagaian orang ere ini dinilai sebagai ancaman tapi sebagian lain menilainya sebagai sebuah peluang. Semua tergantung bagaimana kita menyikapinya. Revolusi 4.0 dikhawatirkan mengganti porsi dan fungsi manusia dalam dunia kerja (job less), hadirnya artificial intellgence, robotics, mechine learning, diprediksi mampu menggeser beberapa posisi pekerjaan.

Sumber daya manusia Indonesia, generasi milenial tidak luput dari perubahan yang diakibatkan revolusi industri 4.0. Untuk menghadapi berbagai perubahan yang diakibatkan oleh industri 4.0, pemuda harus dipersiapkan untuk pembangunan bangsa secara utuh dengan literasi dan perencanaan program untuk meningkatkan kapasitas bagi para pemuda dengan tujuan agar masyarakat Indonesia bisa mencapai tujuan negara.

Pada tahun 2030 Indonesia digembor-gemborkan menghadapi bonus demografi, dimana jumlah penduduk yang usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih tinggi dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun). Artinya bahwa tulang punggung Indonesia kedepan berada ditangan anak-anak muda.

Sebagai unsur terkecil sebuah negara, desa melalui amanat Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 bahwa desa diberikan kewenangan dalam mengelola sumber daya dan dana desa untuk kemandirian desa. Pemuda-pemuda desa khususnya di Desa Tegal Maja juga harus dipersiapkan untuk pembangunan dan pencapaian tujuan desa setempat. Peningkatan literasi dan perencanaan program program sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas anak-anak muda setempat.

Saya sebagai bagian dari anak muda di Desa Tegal Maja sangat berharap kepada pemerintah Desa setempat untuk menggunakan sebagian dari dana desa untuk membeli buku-buku berkualitas. Buku-buku itu nantinya disajiakan dengan tepat dan menarik kepada masyarakat setempat untuk dibaca.

Penggunaan dana desa harus dialokasikan selain pembangunan infrastruktur, juga yang tidak kalah penting yaitu pembanguna Sumber Daya Manusia (SDM) desa setempat. Lebih lanjut saya berharap kepada pemerintah desa, yang dalam hal ini pemerintah desa sebagai stakeholder dapat memberikan pelatihan-pelatihan yang sifatnya untuk kemajuan sumber daya manusia kita kedepan. Misalnya dengan mengundang para ahli dibidangnya untuk memberikan pelatihan-pelatihan di tiap-tiap dusun. Sebab kita melihat dalam sepuluh tahun kedepan musuh masyarakat Indonesia bukan lagi bangsa Amerika, bangsa China, Jepang atau bangsa-bangsa lain di dunia yang sudah maju. Namun lawan terberat kita nantinya adalah robot-robot yang didalamnya sudah tertanam kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang melampaui kecerdasan manusia.

Tentu untuk melawan zaman robot itu, maka yang paling penting adalah bagaimana kita memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai. Salah satu sumber pemahaman yang utuh itu berasal dari buku.

Membaca berarti menyiapkan pondasi kapasitas manusia dalam menyikapi industri ini. Orang sering kali lupa bahwa dibalik teknology yang serba canggih nanti, manusia pada akhirnya hanya menjadi penonton belaka bila tidak memiliki kecukupan pengetahuan. Dan saya pribadi tidak mengingkinkan hal itu terjadi kepada anak-anak muda di desa kita.

Salah satu kegiatan yang dapat menunjang pendidikan generasi penerus adalah dengan membuat sebuah gerakan membaca. Kemampuan membaca juga menjadi kunci mengahdapi gegap-gempita media sosial yang menuntut kita serba cepat. Minimnya pemahaman literasi membuat kita mudah menelan mentah data-data yang tersaji dimedia. Tanpa mengkaji lebih mendalam.

Kesukaan membaca buku pada sisi ini penting karena bagaimanapun buku menuntut kita menyelami suatu gagasan atau opini secara lebih mendalam dan tidak hanya membaca head linenya saja yang kerap kali tidak sesuai dengan isi yang semestinya ingin disampaikan. Kebiasaan menganalisa secara lebih mendalam itu akan mendewasakan kita dalam menyikapi berita-berita dimedia sosial yang lebih sering abu-abu.

Minat baca buku anak- anak muda di Desa Tegal Maja dalam pantauan saya tidaklah rendah, hanya saja akses untuk mendapat buku itu yang tidak ada. Saya terkejut melihat gerakan-gerakan yang dilakukan salah satu teman saya yaitu “Sacca Handika” dia memanfaatkan buku-buku seadanya, yang dia miliki untuk melakukan gerakan membaca dan hal ini disambut baik oleh anak-anak muda kita. Ini memcerminkan bahwa minat baca di Desa Tegal Maja masih tinggi, hanya saja akses untuk mendaptkan buku itu yang tidak ada. Bila bukunya memang tidak ada, lantas apa yang mau dibaca.

Dana Desa di Tegal Maja Diharapkan Sebagian Disisihkan untuk Pembangunan dan Pengembangan  SDM - Desapedia
Benar bahwa probelem utama literasi itu ternyata bukan pada minat baca masyarakat yang rendah. Namun lebih kepada akses untuk buku itu tidak ada.

Selain itu, pemerintah Desa semestinya juga harus memperhatikan dan memberikan ruang berekspresi SDM Muda dalam pengelolaan desa sebagai wujud kaderisasi bahwa kedepannya pemuda lah yang memiliki potensi untuk bisa mengimbangi kemajuan teknologi era 4.0.

Inovasi dalam birokrasi sangat dibutuhkan sehingga pengerjaan proyek Fisik dan SDM tidak saja monoton dan mengedepankan keuntungan semata.

Kita tahu saat ini pemerintah pusat maupun daerah sedang mengalami masalah besar dalam birokrasi yaitu monotonnya penyajian pelayanan. Mindset berpikir para aparat desa harus berubah. Mereka mau mengabdikan hidupnya sebagai kepala desa atau pun jajarannya tentu pada posisi mereka adalah sebagai pelayan masyarakat sehingga mereka harus mengutamakan kepentingan masyarakat Tegal Maja di atas segala galanya.

Terakhir saya ingin menutup tulisan ini dengan mengutip ungkapan singkat Bung Kanis Pari dalam bukunya “Jangan Takut BERPOLITIK”. Bahwa untuk memajukan suatu negara, kita harus memulai dari membangun desa. Salam pemuda. (***)

Scroll To Top