Sebagian masyarakat yang gagal dlm budi daya lele selalu mengatakan : Budidaya lele adalah usaha uang rugi. Orang yang belum pernah mencoba budi daya pun kadang sok tahu dengan mengatakan: biaya pakan terlalu mahal. Ada juga orang yang merasa sok pinter berkata: Jika ingin untung, peternak lele harus pakai pakan alternatif. Apakah opini di atas benar adanya ?
Opini di atas jelas totally wrong. Mereka hanyalah the loosers atau bisa disebut pecundang. Tidak ada kata positif sama sekali yang diucapkan ketika seseorang mau berusaha melakukan budidaya lele. Kata-katanya justru mematahkan semangat orang yang mau berusaha.
Ketika saya mau terjun dalam budidaya lele, banyak orang juga mengatakan hal yang sama. Hanya bedanya saya tidak percaya dengan para pecundang. Saya mesti belajar pada orang yang tepat dan ahlinya. Inilah langkah awal sebelum serius terjun ke budidaya lele.
Belajar pada ahlinya merupakan kunci keberhasilan. Seorang anak muda yang masih kuliah di teknik industri UNS membiayai kuliahnya dari budidaya lele. Dia punya 12 kolam terpal. Dengan sistem rotasi penebaran, dia bisa panen 4 kolam sebulan dan hasil panennya sekitar 900 kg per bulan. 900 kg x Rp 19.000 = Rp 17.100.000. Laba sekitar Rp 3.600.00 per bulan. Tidak puas belajar pada satu orang, saya pun belajar ke Omah Lele di daerah pantai Samas, Bantul Pemiliknya punya lebih dari 200 kolam terpal. Dua-duanya mengandalkan pakan pabrikan, yaitu : pelet.
Pakan pabrikan memang mahal jika dilihat dari sudut nominal. Akan tetapi, dari prosentase keuntungan, budi daya lele bisa memberikan prosentase laba sekitar 30 % per tiga bulan. Atau 120 % per tahun. Bandingkan dgn presentasi yang diberikan oleh Reksadana Saham atau Saham. Jelas, lebih bagus hasil budi daya lele daripada diinvestasikan ke Reksadana Saham atau Saham.
Contoh untuk gambaran: saya melakukan 2 x tebar bibit. Yg pertama tebar 2500 bibit dan yang kedua tebar 5000 bibit. Untuk kebutuhan pakan 7500 bibit hingga panen sebanyak 18 sak atau 6 sak untuk satu kolam. Biaya 6 sak pakan @Rp 365.000 = 2.190.000. Pakan yang lembut sebesar Rp 195.000 dan biaya 2500 bibit sebesar Rp 315.000. Jadi, total biaya sebesar Rp 2.700.000
Hasil panen kemarin sebesar 175 kg. Dikalikan dgn Rp 19.000 = Rp 3.325.000. Masih ada laba sekitar Rp 625.000. Laba ini bertambah lagi karena masih ada sisa sekitar ,30 kg lele yang disatukan dgn kolam lainnya. Masih ada tambahan laba sekitar Rp 570.000.
Untuk tebar 5000 bibit, saya keluarkan uang cash untuk beli 4 sak. Butuh modal sekitar 4 x Rp 365.000 = Rp 1.460.000. Untuk keperluan 8 sak pakan lagi, saya tidak perlu keluar uang dari dompet. Hasil panen pertama bisa digunakan untuk beli 4 sak hingga panen kedua. Hasil panen kedua digunakan untuk beli 4 sak lagi. Jadi, hingga panen berikutnya, saya masih memperoleh 400 kg x Rp 19.000 = Rp 7.600.000.
Saat ini, saya sudah ada 5000 bibit yang baru berusia 2 minggu. Dari hasil Rp 7600.000, akan saya keluarkan Rp 3.650.000 untuk belanja 10 sak pakan untuk 5000 bibit yang baru. Saya masih kantongin sekitar Rp 3.950.000.
Apa yang saya lakukan di atas bisa disebut sebagai cashflow management. Tidak butuh modal pakan yang banyak. Cukup modal dikendalikan dan diatur sebaik mungkin.
Apa kata masyarakat umum tentang budi dayalele terbantahkan sudah. Tidak rugi tapi hasilkan cuan….
Delanggu, 1 September 2024