Lewati ke konten

Sosiolog Unas Jelaskan Tantangan Kenormalan Baru di Desa

Sosiolog Unas Jelaskan Tantangan Kenormalan Baru di Desa - Desapedia

ilustrasi

Jakarta, desapedia.id – Sosiolog Universitas Nasional (Unas), Dr. Sigit Rochadi kepada desapedia.id pada Jumat (29/5) lalu, menjelaskan berbagai tantangan dan peluang pelaksanaan New Normal atau kenormalan baru di desa yang akan diterapkan disaat desa– desa kini tengah menanggulangi wabah pandemi Covid–19.

Menurut Mas Sigit, sapaan akrabnya, kenormalan baru merupakan pelaksanaan aktivitas sehari–hari seperti semula dengan menerapkan protokol kesehatan. Di desa tantangannya sangat sulit karena merombak tradisi masyarakat yang sudah ratusan tahun berjalan seperti silaturahmi, jabat tangan, cium tangan, dan semua aktivitas sosial.

Peraih gelar Doktor Ilmu Sosiologi dari Universitas Airlangga ini menjelaskan, hampir tidak ada aktivitas sosial yang tidak melibatkan masyarakat secara kebersamaan. Gotong royong, siskamling, panen padi, semuanya melibatkan orang secara beramai–ramai. Aktivitas tersebut merupakan modal sosial yang selama ini terbukti menopang kelangsungan hidup masyarakat dalam menghadapi krisis.

“Kenormalan baru juga tidak mudah dijalankan di desa karena protokol Covid–19 mudah menimbulkan gesekan sosial karena menyinggung perasaan, apalagi dengan tokoh, pemuka agama dan orang tua. Berbicara dengan masker, tidak menyuruh tamu masuk untuk duduk, bekas tempat duduk tamu segera dibersihkan dan lain–lain adalah tindakan yang menyinggung perasaan dan dapat merenggangkan hubungan sosial atau bahkan konflik”, ungkapnya.

Meski demikian, Sigit melanjutkan penjelasannya, pemerintah harus secara terus menerus mensosialisasikan protokol kesehatan demi mencegah meluasnya Covid-19. Pelibatan tokoh–tokoh informal perlu dilakukan terutama pemuka agama, kepala suku, dukuh dan ketua organisasi kepemudaan.

Menanggapi pelaksanaan musyawarah desa (Musdes) sebagai forum tertinggi warga desa di era kenormalan baru, Sigit Rochadi menilai Musdes tidak bisa digantikan dengan sarana lain.

Menurutnya, belum semua desa memiliki jaringan internet. Pun jika sudah, rapat seperti musdes tanpa tatap muka belum terbiasa karena banyak bahasa tubuh dan non verbal yang digunakan. Sigit menilai musdes tetap harus dilakukan dengan kehadiran fisik peserta dengan menerapkan protokol covid-19.

“Karena itu Dinas Kesehatan perlu menerjunkan tenaga medis ke desa–desa untuk melakukan sosialisasi”, tambahnya.

Rencana penerapan kenormalan baru ini sesungguhnya perlu dibarengi dengan upaya memulihkan perekonomian desa.

Menanggapi hal ini, Sosiolog Dr. Sigit Rochadi mengatakan, desa perlu membangun jaring pemasaran berbasis teknologi dan memperluas akses petani ke jaring pemasaran tersebut. Menurutnya, Pemerintah dan pemerintah daerah perlu memberikan stimulus ekonomi kepada petani dan peternak.

“Perlu diterapkan skema perlindungan dan jaring pengaman sosial”, jelas Sigit. (Red)

Scroll To Top