Lewati ke konten

Ini Cara Kemendes Tingkatkan Kapasitas Pendamping Desa

Ini Cara Kemendes Tingkatkan Kapasitas Pendamping Desa - Desapedia

Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar. (Foto: Dok. Kemendes PDTT)

Jakarta, desapedia.id – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) meningkatkan kompetensi para pendamping desa guna mengefektifkan penggunaan Dana Desa. Hal ini diungkapkan Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar saat temu media secara virtual, Selasa (16/2/2021).

Merujuk Permendesa PDTT Nomor 19 Tahun 2020, dijelaskan tujuan pendampingan masyarakat desa. Pertama, meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa dalam pendataan desa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan desa yang difokuskan pada upaya pencapaian SDGs Desa.

Kedua, meningkatkan prakarsa, kesadaran, dan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan partisipatif untuk mendukung pencapaian SDGs Desa. Ketiga, meningkatkan daya guna aset dan potensi sumber daya ekonomi desa melalui BUMDes dan/atau BUMDes Bersama bagi kesejahteraan dan keadilan untuk mendukung pencapaian SDGs Desa.

Keempat, meningkatkan sinergitas program dan kegiatan desa, kerja sama antar desa untuk mendukung pencapaian SDGs Desa.

“Pendampingan masyarakat desa dilaksanakan berdasarkan prinsip kemanusiaan, keadilan, kebhinekaan, keseimbangan alam, dan kepentingan nasional,” kata Gus Menteri, sapaan akrabnya.

Peningkatan kapasitas pendamping desa dilakukan melalui pelatihan ulang pendamping, pemutakhiran data SDGs Desa, inkubasi BUMDesa dan pengembangan investasi desa lainnya, serta pengembangan produk unggulan desa dan kerja sama desa.

Hal kedua untuk meningkatkan kapasitas pendamping desa yaitu melalui afirmasi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bagi pendamping untuk menimba ilmu hingga meraih pendidikan S1 dan S2.

Adapun manfaat afirmasi pendidikan tinggi bagi kepala desa, perangkat desa, pengurus BUMDes, dan pendamping desa diantaranya sebagai berikut.

Pertama, para tokoh desa memahami dasar akademis dari kebijakan, pelaksanaan pemerintahan, implementasi pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat, dan bisnis BUMDes yang selama ini mereka kerjakan.

Kedua, para tokoh desa memahami metodologi dan penggunaan data serta informasi untuk menjalankan pemerintahan desa, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat, dan bisnis BUMDes.

Ketiga, Warga desa mendapatkan pelayanan publik, pendampingan, dan layanan bisnis BUMDes yang lebih profesional dan lebih berkualitas. Keempat, kemajuan desa, BUMDes dan pendampingan lebih cepat.

Sedangkan afirmasi agar kepala desa, perangkat desa, pengurus BUMDes, dan pendamping desa yang berpengalaman dan sudah lulus SMA bisa menempuh S1 dan S2, yaitu sebagai berikut.

Pertama, rekognisi pembelajaran lampau (RPL): pengalaman dan prestasi dihitung sebagai SKS (sistem kredit semester) di kampus.

Kedua, gelar sarjana sesuai program studi yang disediakan oleh Pertides (Forum Perguruan Tinggi untuk Desa). Ketiga, nilai pengalihan kompetensi dari pengalaman/prestasi tokoh desa menjadi learning outcome (LO) yang diterapkan pada SKS sesuai yang disediakan Pertides.

Sebagai informasi, kapasitas pendidikan para Pendamping Desa yaitu sebanyak 76,31 persen berpendidikan S1/S2, sebanyak 23,31 persen berpendidikan SMA dan sebanyak 0,37 persen pendamping desa berpendidikan SMP.

Adapun kapasitas pendidikan para kepala desa sebanyak 0,11 persen kepala desa berpendidikan S3 alias bergelar Doktor, sebanyak 1,55 persen berpendidikan S2, sebanyak 23,04 persen berpendidikan S1, dan sebanyak 2,89 persen berpendidikan D1-D3.

“Sebanyak 64,26% berpendidikan SMU, titik ini diharapkan lewat afirmasi bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan S1,” kata Gus Menteri.

Para pendamping desa juga nantinya harus memiliki Aplikasi Laporan Pendamping Desa yang berbasiskan android dan diunduh di Google Play dengan nama Laporan Harian, dan hanya pendamping desa teregister dengan nomor induk pendamping yang bisa mengisinya.

Aplikasi ini mencatat seluruh kerja sehari-hari pendamping, termasuk waktu kerja, pendataan desa dan kompilasi kebijakan desa termasuk penyusunan RPJMDes, RPKDes, APBDes.

Aplikasi ini juga merupakan implementasi pembangunan desa dan SDGs Desa, inisiatif pemberdayaan, inovasi desa, dan advokasi masalah desa. Kegiatan pembangunan desa lainnya yang dibutuhkan juga mentoring dan pelatihan mandiri.

Manfaat Aplikasi Laporan Pendamping Desa ini, diantaranya sebagai berikut. Pertama, secara obyektif menunjukkan laporan kegiatan pendamping hari per hari, termasuk lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan.

Kedua, mengakumulasi kegiatan pendamping, waktu kerja, dan pihak-pihak yang didampingi setiap bulan. Ketiga, segera menemukan masalah pendampingan sehingga lebih mudah diatasi. Keempat, mengembangkan inovasi pendamping yang satu kepada pendamping lainnya.

Kelima, membina pendamping sesuai kebutuhan masing-masing. Keenam, menentukan nilai kinerja bulanan pendamping, sehingga pembayaran honor dan insentif rasional. Terakhir, menentukan nilai kinerja tahunan pendamping sebagai dasar kontrak tahun berikutnya.

Dana Desa 2021

Pagu Dana Desa tahun 2021 sebesar Rp72 triliun untuk 74.961 desa. Hingga 16 Februari 2021, Dana Desa telah disalurkan ke 5.646 desa atau sekitar delapan persen dari total desa penerima dengan dana yang tersalur sebesar Rp1.684.270.802.200 yang setara dua persen.

Sedangkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) juga telah mulai disalurkan. Bulan pertama telah disalurkan ke 4.723 desa dengan 311/832 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dengan dana yang tersalur Rp93.549.600.000.

Hingga 16 Februari 2021 atau bulan kedua telah disalurkan ke 486 desa dengan 27.376 KPM dengan dana sebesar Rp8.212.800.000.

Untuk Program Padat Karya Tunai Desa (PKTD) dialokasikan dana Rp37,08 triliun. Dengan alokasi dana ini maka tercipta 203.940.000 hari orang kerja (HOK)

Selama 2020 seorang warga desa lazim bekerja 8 hari untuk satu jenis kegiatan, dan mendapatkan kesempatan kerja kumulatif 6 bulan, yaitu di luar musim tanam dan panen pertanian; ada pula yang berbentuk ekonomi produktif melalui BUMDes dengan pendapatan setara demikian.

Artinya, PKTD sudah lebih mirip dengan kerja rutin ketimbang kerja incidental bagi warga desa. “Sehingga, target serapan tenaga kerja melalui PKTD sebesar 4.248.750 warga desa, di mana warga rutin menjalankan PKTD setiap bulan,” ujar Gus Menteri. (Red)

Kembali ke atas laman