Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Beromzet Hingga Rp274 Miliar, Wamendes Budi Arie Minta Ratusan BUMDes di Bali Ambil Bagian Pulihkan Ekonomi

Jakarta, desapedia.id – Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT), Budi Arie Setiadi mengatakan, Provinsi Bali memiliki 588 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang pada tahun 2019 berhasil meraih omzet hingga Rp274 Miliar.

Ia berharap, desa-desa di Bali yang memiliki ratusan BUMDes tersebut terlibat aktif dalam proses pemulihan ekonomi, khususnya di Provinsi Bali.

Hal tersebut dikatakan saat menjadi pembicara pada Bali Economic and investmen forum secara daring di Jakarta, Kamis (8/4).

“Kita tahu bahwa warga desa di Bali tidak sekadar menjadi penonton, tapi aktif dan produktif dari proses ekonomi yang terjadi,” ujarnya.

Wamen Budi Arie mengatakan, pemulihan ekonomi melalui sektor Pariwisata di Bali akan memiliki daya ungkit bagi pemulihan ekonomi warga desa di berbagai sektor, terutama pada pengembangan ekonomi kreatif dan sektor yang mengandalkan kearifan lokal.

Ia berharap, kesempatan tersebut dapat ditangkap dengan cepat oleh desa.

“Dalam pemulihan pariwisata di Bali akan berdampak pada industri kerajinan atau cinderamata, dimana aktor penggeraknya adalah warga masyarakat desa,” ujarnya.

Menurutnya, desa-desa di Bali memiliki potensi besar untuk mengambil bagian dalam pemulihan ekonomi di Bali. Sebab, Bali sendiri merupakan provinsi yang tidak lagi memiliki desa sangat tertinggal dan desa tertinggal.

“Bali memiliki pembangunan desa yang sangat baik. IDM (Indeks Desa Membangun) di Provinsi Bali menunjukkan tidak ada desa tertinggal dan sangat tertinggal di Bali,” ungkapnya.

Ia berharap, di masa pandemi covid-19 ini, pemulihan ekonomi desa-desa di Provinsi Bali dapat berkembang lebih cepat, sehingga menjadi penopang pemulihan ekonomi daerah.

Meski demikian ia mengingatkan, bahwa aktivitas pemulihan ekonomi harus tetap mematuhi protokol kesehatan.

“Tetap lakukan protokol kesehatan yang ketat, dan disiplin dimana proses vaksinasi dan protokol kesehatan yang lebih adaptif,” ujarnya. (Red)

Scroll To Top