Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Lahan Pertanian Tercemar, Petani Gelar Aksi Protes di TPAS Burangkeng

Bekasi, desapedia. id – Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, kembali menuai kritikan.

Kritikan tersebut disampaikan dalam aksi protes puluhan petani dari dua wilayah, yaitu Desa Burangkeng dan Kelurahan Sumur Batu, Kamis (6/10/2022).

Dalam aksi tersebut turut hadir M Hatta selaku sesepuh petani setempat dan Ketua Komunitas Persatuan Pemuda Burangkeng Peduli Lingkungan (Prabu PL) Carsa Hamdani, serta puluhan petani dan perwakilan warga Desa Burangkeng dan Kelurahan Sumur Batu.

Lahan Pertanian Tercemar, Petani Gelar Aksi Protes di TPAS Burangkeng - Desapedia

Saat dikonfirmasi media, M. Hatta mengatakan, aksi damai ini digelar petani sebagai bentuk kritikan terhadap bobroknya pengolahan TPAS Burangkeng yang berimbas pada lahan pertanian sekitar.

“Kami para petani dari dua wilayah, meminta kepada pemerintah setempat meninjau kembali kelayakan TPAS Burangkeng,” ujarnya.

Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa petani menjadi korban akibat kurang baiknya pengelolaan TPAS Burangkeng.

“Akibat pengelolaan yang tidak baik, kali yang berfungsi untuk pengairan ke sawah tersumbat sampah, bahkan sering longsor yang menyumbat aliran air. Bukan hanya itu saja, air lindi (air sampah-red) masuk ke sawah membuat tanaman kita gagal panen,” tegasnya.

“Kita para petani sudah legowo adanya TPAS ditempat kami, tapi saya tidak terima dengan sistem pengelolaan yang kurang baik, karena itu sangat berimbas sekali kepada kita petani yang ada di wilayah TPAS,” imbuhnya.

Hal senada juga terlontar dari Carsa Hamdani. Menurutnya, petani dengan lahan yang luas ini belum berani menggarap sawah, sedangkan kalau menurut waktu, sudah saatnya untuk bercocok tanam padi.

“Kita bisa melihat faktanya di lapangan, bagaimana petani mau bercocok tanam, sedangkan pengairan saja tidak ada karena tertutup dengan tumpukan sampah. Adapun air yang masuk ke sawah itu air lindi. Jadi petani enggan untuk bercocok tanam, walaupun petani memaksa untuk bercocok tanam, itu akan menimbulkan kerugian yang luar biasa untuk petani,” jelasnya.

“Saya berharap kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan yang sifatnya untuk kemaslahatan para petani,” pungkasnya. (Red) 

Scroll To Top