Jakarta, desapedia.id – Pemerintah melalui Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) membeberkan pemanfaatan Dana Desa untuk pengendalian dan mitigasi dampak inflasi daerah pada tingkat desa per 5 September 2022.
Dalam konferensi pers yang diselenggarakan oleh Kemendes PDTT pada Rabu (7/9) lalu, Kepala Badan Pengembangan dan Informasi (BPI) Kemendes PDTT, Dr. Ivanovich Agusta memberikan penjelasannya.
Ivanovich mengatakan, kebijakan pengendalian inflasi daerah pada tingkat desa mencakup ketahanan pangan sebesar Rp 8.072.374.681.573; energi baru dan terbarukan sebesar Rp 42.895.316.446; dan transportasi sebesar Rp 62.017.973.336.
Sedangkan mitigasi dampak inflasi daerah pada tingkat desa, antara lain kebijakan BLT Dana Desa sebesar Rp 13.521.054.000.000 kepada 7.198.369 Keluarga Penerima Manfaat (KPM); Padat Karya Tunai Desa (PKTD) sejumlah Rp 1.926.190.995.873 yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 716.025 warga desa.
Ivanovich melanjutkan, penanganan inflasi di desa sangatlah penting, mengingat wilayah pemerintahan desa cukup banyak, yaitu mencapai 91 persen. Sisanya 9 persen wilayah kelurahan.
“Artinya menangani inflasi daerah pada tingkat desa dapat menyelamatkan 71 persen warga negara Indonesia dan 91 persen wilayah pembangunan Indonesia”, pungkas Ivanovich.
Dengan penanganan inflasi melalui pemanfaatan Dana Desa yang bersumber dari APBN, Ivanovich mengungkapkan beberapa desa yang sudah menangani inflasi di desanya sejauh ini.
Pertama, ada Desa Cibiru Wetan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat melalui kemandirian sayuran, pupuk alami, daging ayam, telur ayam dan pengelolaan sampah organik. Kedua, yaitu Desa Sirnaresmi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk kemandirian beras.
Ketiga, Ivanovich melanjutkan, yaitu Desa Krandegan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Di desa ini penanganan inflasi melalui pangan harian bagi warga miskin. Keempat, ada di Desa Bongkasa Pertiwi, Kabupaten Badung, Bali, dengan BUMDesa Mandala Sari, yaitu untuk kemandirian energi terbarukan atau biogas.
Sedangkan kelima ada di Desa Tunjung, Kabupaten Buleleng, Bali, dengan BUMDesa Tunjung Mekar, untuk kemandirian telor bagi desa sendiri maupun desa sekitarnya. (Red)