Lewati ke konten
Idul Fitri Almalik Pababari Idul Fitri Almalik Pababari

Pentingnya Kolaborasi Demi Jadikan Budaya Lokal Episentrum Peradaban Dunia

Bekasi, desapedia.id – Para penggiat seni budaya didorong terus berkarya agar kebudayaan lokal sanggup menjadi episentrum peradaban dunia. Kemudian, berkolaborasi dengan berbagai disiplin, baik politik, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Demikian narasi Abu Fithri Mu’min ST, Bacaleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari Partai Nasdem dalam bincang peradaban dalam kegiatan Pameran Lukisan dan Workshop Seni di Cafe Secondspace, Rukoa Topaz, Summarecon, Kota Bekasi (28/10/2023).

Agenda yang diprakarsai Prasasti Ekhibition (Prastion) ini dibuka pada 21 Oktober 2023 dan ditutup pada 28 Oktober 2023. Selain Abu Fitri, hadir juga sebagai pembicara yaitu Komarudin Ibnu Mikam atau lebih ngetop dipanggil Abah Komar, selaku pimpinan Lumbung TAHFIDZ Sekolah Alam Prasasti, serta Tito Nugroho, Etnomusikologi, lulusan ISI Yogyakarta.

Dalam kesempatan itu, Abu Fitri mengajak peserta diskusi untuk kerjasama massif dan permanen dengan semua penggerak peradaban dari berbagai disiplin. “Terinspirasi dari momen Sumpah Pemua 1928, perjuangan pergerakan kebudayaan akan membuahkan hasil maksimal bila kita bekerjasama dari hati secara terstruktur, massif dan sistemati,” katanya.

Ide inspiratif ini didukung Abah Komar yang juga Wakil Ketua Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Bekasi. “Pelajaran dari Sumpah Pemuda 1928, semua kita harus bersatu padu dalam menjadikan kebudayaan lokal sebagai episenterum dunia. Sumpah Pemuda menjadi bukti bahwa kita bisa bersatu padu menjadi sebuah bangsa, walau berasal dari berbagai suku, adat , budaya dari seluruh nusantara,” katanya berapi-api.

Saat ini, lanjut Abah Komar, budaya lokal Bekasi belum menjadi episentrum. Belum terbangun ekosistem kebudayaan yang memungkinkan budayawan dan seniman bisa hidup sejahtera dari aktivitas berkebudayaan atau berkesenian. “Wajar saja kemudian pengiat seni nyebrang ke provinsi lain, karena di sana difasilitasi maksimal. Bahkan ada yang nyebrang ke negara lain. Ini yang harus kita perjuangkan. Jangan sampai selalu saja lulusan SMA di Bekasi hanya bermimpi menjadi karyawan pabrik,” ucapnya.

Ditambahkan Tito, musik tradisional merupakan warisan leluhur orang tua kita. Selalu saja ada jiwa di sana dan vibrasinya merasuk ke dalam jiwa yang tenang. “Saya sudah mainkan semua musik, termasuk musik modern. Terasa sekali perbedaan apabia saya main musik tradisional,” ujar Tito.

Namun hari ini, lanjut Tito, pemusik, pelukis, perupa masih belum menjadi profesi idola. Bahkan orang-orang tua masih banyak yang belum Ikhlas, jika anaknya menjadi musisi atau seniman. “Itu juga yang menjadi landasan dihelatnya acara Pameran Lukisan dan Workshop Seni di Sumarecon ini. Kami berharap Agenda ini menjadi trigger dari tumbuhnya ekosistem kebudayaan di Bekasi,” katanya.

Agenda ini akan terus berlanjut ke seluruh jejaring Kampung Bekasi. “Saya mengajak seluruh anak muda penggiat seni di manapun berada. Terus semangat, tetap istiqamah di jalan kebudayaan ini. Jangan pernah mundur hanya karena ujian. Daya tahan dan konsistensi,” tambahnya. (Supri)

Scroll To Top